Tag Archives: dewa

KENDARAAN DI SURGA

Standar

ALKISAH

transportasiSeorang wanita yang kaya raya meninggal dan masuk ke Sorga, oleh rasul Petrus ia diberi sebuah sepeda  untuk bepergian di Sorga yang jalan-jalannya terbuat dari emas. Sementara Ia mengendarai sepedanya, ia  melihat pembantunya naik sedan BMW dan tukang kebunnya naik Mercedes. Dengan perasaan kecewa ia segera menemui rasul Petrus dan bertanya,”Kenapa pembantuku bisa naik BMW dan tukang kebunku bisa naik Mercedes?? Sedangkan aku sendiri yang menjadi majikan  mereka hanya naik sepeda. INI TIDAK ADIL …!!!” Rasul Petrus dengan sabar menjawab ibu ini, “Ibu, fasilitas di Sorga ini, termasuk juga jenis transprortasi yang digunakan, diberikan sesuai dengan pelayanan orang-orang semasa Ia di dunia. Pembantu dan tukang kebun ibu melayani Tuhan lebih daripada ibu, oleh sebab itu mereka mendapatkan yang lebih baik”.

Dua hari kemudian, si wanita ini kembali lagi kepada rasul Petrus sambil tertawa terbahak-bahak. “Apanya yang lucu??!!”, tanya rasul Petrus. Si ibu menjawab dengan muka geli, “Kemarin saya ketemu Pastor saya di taman sebelah sana.” “Sedang apa dia??”, tanya rasul Petrus dengan nada penasaran. “Ia lagi asyik dengan sepatu rodanya!!”

PENDAPAT

Jika boleh mengemukakan sedikit pendapat dari sudut pandang saya (ini tidak mewakili pandangan semua umat), maka bagi saya :

pastor_pack_logoPastor yang baik adalah pastor yang berani menerima dirinya apa adanya. Beberapa teman yang masuk seminari (sebut saja confrater) menjadi aneh dalam pandangan pribadi, sebab tidak kurang berani menerima keluarganya. Maklum, tidak jarang confrater berasal dari keluarga miskin. Ketika menjadi Pastor dia mengalami lonjakan status sosial dengan aneka bentuk hal yang mengikutinya seperti : punya mobil (meski milik paroki), didengarkan orang jika berbicara (orang miskin sering kali terbungkam), punya kekuasaan (orang miskin tidak mempunyai kuasa kecuali atas dirinya sendiri, inipun masih sering tidak dimiliki), dan sebagainya. Nah, semuanya itu sekarang dia peroleh, sehingga dia lupa akan akar hidupnya. Akibatnya, akan kelihatan “aneh”.

SEORANG PASTOR YANG BAIK : Read the rest of this entry

Tradisi Tionghua Dalam Perspektif Iman Katolik

Standar

PENGANTAR

P. Agustinus Lie, CDD1Seluruh kehidupan manusia berkisar di antara dua hal besar ini: kelahiran dan kematian. Bagi orang Tionghua, kedua hal ini sama-sama merupakan peristiwa hidup yang luar biasa, yang menentukan seluruh aspek hidup manusia. Baik hidup maupun mati, keduanya merupakan suatu “kehidupan” yang lain; hanya dimensinya saja yang berbeda. Persoalan seputar kematian mendapat perhatian besar karena banyak aspek kehidupan terlibat di dalamnya. Inilah paradoksnya. Perhatian orang Tionghua terhadap hal-hal seputar kematian berasal dari tradisi ribuan tahun yang tetap dipegang teguh.Kata “kematian” menimbulkan kesan yang sangat menyeramkan; tidak enak didengar, bahkan diucapkan pun “tabu”. Amit-amit! Belum lagi berhadapan dengan kematian itu sendiri. Belum lagi berhadapan dengan orang mati, atau arwah orang mati yang kerap kali diyakini masih bisa “mengganggu” manusia yang hidup. Apa yang diajarkan tradisi mengenai kematian, terutama dalam ajaran Konfusius, menunjukkan inti kehidupan orang Tionghua. Adanya bermacam-macam kebiasaan dan tradisi yang kita lihat di sekeliling kita, terutama mengenai sembahyang terhadap orang meninggal, kerap kali bisa membingungkan kita. Hal ini menjadi semakin rumit, terlebih bila orang Tionghua memeluk agama lain – katakanlah agama Kristiani.

Dalam hal inilah sering terjadi ketegangan. Menjadi pengikut Kristus adalah rahmat Allah yang luar biasa. Namun kerap kali berhadapan dengan tradisi leluhur orang Tionghua menjadi gamang. Ada yang mengatakan ini boleh; ada yang mengatakan tidak boleh. Bahkan kerap kali pandangan dari gereja-gereja Protestan sangat bertentangan dengan Gereja Katolik. Di sekeliling kita terdapat begitu banyak informasi. Dari sekian banyak informasi, tinggal sedikit kebenaran; dan dari sekian sedikit kebenaran, terlebih sedikit lagi kebijaksanaan.

MASUK KE DUNIA LAIN

P. Agustinus Lie, CDD3Menjadi paham yang umum diterima di mana-mana, bahkan sejak jaman dahulu, bahwa kematian bukanlah akhir segalanya. Kematian hanyalah perpindahan manusia dari dunia ini ke dunia lain. Maka dalam banyak kebudayaan diadakanlah pelbagai macam upacara untuk “menghantar” jiwa orang yang meninggal ke “tempatnya yang baru”. Kebanyakan budaya mempercayai bahwa jiwa kekal, dan berpindah tempat. Karena itu manusia yang masih hidup ini mempunyai kewajiban memperlakukannya dengan baik.

Bagi orang Tionghua, kematian adalah perpindahan manusia dari dunia Yang ke dunia Yin. Yin dipahami sebagai segala unsur yang lembut, basah, rendah, negatif, gelap, dan sebagainya. Sementara Yang dipahami sebagai unsur sebaliknya. Baik yin maupun yang selalu bertolak belakang, namun keduanya berada dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah karena pergolakan yin dan yang. Terkadang yin lebih menonjol dan terkadang yang lebih menonjol. Namun semuanya itu akan kembali seperti semula, dan menjadikan semuanya netral.

Dengan meninggal, orang masuk ke dalam dunia yin yang tidak kasat mata dan dingin. Dunia mereka adalah dunia roh. Dalam menggambarkan peralihan ini, orang Tionghua mempersonifikasikan dua tokoh Hei Bai Wu Chang yang datang menjemput orang yang mendekati ajal supaya orang tersebut dapat meninggalkan dunia yang dan memasuki dunia yin dengan baik. Bagi sebagian besar orang, kedua tokoh ini dianggap sebagai malaikat pencabut nyawa dan disembah sebagai dewa. Namun sebenarnya mereka bukan dewa, melainkan gambaran dari dunia Yin dan Yang.

ROH ATAU HANTU

P. Agustinus Lie, CDD4Di sinilah permasalahannya. Banyak orang mencampuradukkan istilah “roh” dan “hantu”. Bagi sebagian orang, kedua istilah ini sama saja. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak menjelaskan perbedaannya. Hantu disebut sebagai roh jahat (yang dianggap terdapat di tempat-tempat tertentu), sementara Roh disebut sesuatu (unsur) yang ada di jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup.

Untuk memudahkan pembedaan antara roh dan hantu bisa dilihat beberapa ciri berikut:

  1. Roh tidak memiliki bentuk nyata, tetapi dapat masuk ke dalam pikiran dan badan orang. Hantu memiliki suatu bentuk tertentu, dan hanya bisa dialami orang dari indera atau perasaan.
  2. Disebut roh atau arwah bila mempunyai hubungan keluarga dan melindungi. Menjadi hantu kalau tidak ada hubungan apa-apa dan dianggap mengganggu.

Read the rest of this entry